Aku menangis..
Yah, aku bersedih..
Kenapa aku bersedih ??
Karena aku hanya punya seorang Bunda..
Ayah Bunda, jangan bercerai ya..
Seharusnya kata itu patut aku lontarkan 14 tahun yang lalu..
tepat ketika aku umur 4 tahun..
tapi nyatanya aku hanya gadis kecil yang baru umur 4 tahun dan tak mengerti apa itu PERCERAIAN..
Seandainya aku bisa, aku akan ucapkan waktu itu juga..
Lanjutkan membaca
Oh Abiku……
Beliau yang mempunyai jasa besar demi santri-santrinya
Beliau slalu bimbing pada santrinya
Beliau slalu member bekal pada santrinya
Beliau yang membanting tulang punggung untuk santr-isantrinya
Engkau yang membekali pada santri-santrinya
Engkau yang menyekolahkan pada santri-santrinya
Engkau yang telah mengasih makan pada santri-santrinya
Engkau yang telah membanting tulang punggung pada santri-santrinya
Oh Abiku…….
Beliau telah mempunyai jasa besar pada santri-santrinya
Beliau Abi yang paling terbaik pada santri-santrinya
Sungguh engkau mempunyai jasa yang paling besar pada santri-santrinya
Lanjutkan membaca
Fatimah Az Zahra radhiyallahu ‘anha..
Siapa yang tak mengenalnya..
Dia wanita yang suci..
Dia pula putri dari seseorang yang suci, baginda Rasulullah SAW..
Keteladanan Fatimah Az Zahra sungguh luar biasa..
Kedekatannya dengan Allah SWT..
Kuatnya dalam menegakkan sholat malam..
Khusyuknya dalam berdzikir..
Dan masih begitu banyak keteladanan darinya..
Ya Allah..
Ada rasa malu membandingkan dengan keadaanku saat ini..
Begitu aku lemah dan putus asa menghadapi suatu masalah..
Padahal, kepada anak perempuannya,
Fatimah Az Zahra mengajarkan keberanian, pengorbanan dan keteguhan..
Lanjutkan membaca
Aku bersyukur..
Aku lah penikmat setitik cahaya itu..
Cahaya kebahagiaan..
Cahaya kerinduan pada sang Ilahi..
KAU lah penuntun terbaik..
KAU lah kekasih terindah..
KAU lah segala-galanya..
Betapa KAU masih mau memberikan ampun padaku yang hina..
Betapa KAU masih mau menyadarkanku, menuntunku..
KAU begitu menyayangiku..
Lanjutkan membaca
“Enaknya untuk memperingati hari kemerdekaan besok kita isi acara apa saja ya?” tanya Amon sebagai ketua organisasi .
“Pokoknya harus seru dan mewah, kita kan sekolah elit jadi gak afdol kalau gak mewah “ usul salah satu siswa yang bernama Riko. Kebiasaan Riko adalah selalu dimanja orang tua, apa maunya harus dituruti. Tidak heran ia menjadi anak yang keras kepala.
Sahabatnya hanya menggelengkan kepala atas usulan tersebut , malah ada yang membantahnya. Rika tidak sependapat dengan riko.
“Riko ingat! meskipun sekolah kita elit kita tidak boleh begitu. Ingat di sekolah kita ini ada banyak murid dari beasiswa dan apabila acaranya diharuskan mewah pasti kita akan tambah membebani orang tua” tanggap rika.
“Ah rika jangan bilang kamu membela Ade, mentang mentang dia kurang mampu selalu saja kamu bela” hardik Riko.
“Cukup Riko! aku tidak membelanya. Ini berdasarkan kenyataan siswa disini. Pendapat ku ini sudah aku fikirkan matang matang dan tidak seperti kamu yang hanya mengandalkan harta orang tua”. Lanjutkan membaca
Kaki panjang mengetuk-ngetuk emperan sebuah bangunan panti asuhan di tengah-tengah kampung kecil. Sesekali wajahnya tampak kesal dan muram. Ada sedikit polesan hitam di kantung matanya yang indah namun gelap. Ia menatap sekali lagi bangunan usang didepannya, dengan hati yang masih ragu ia kemudian melangkah pergi dari tempat yang ia pandangi sejak tadi.
****
“Siapa ya? yang tega membakar tempat ini!” Tanya seorang penduduk kampung sekitar saat matahari sudah mulai naik dan memperlihatkan dengan jelas Lanjutkan membaca
By: Santri DF
Di saat pagi aku harus merasakan perih
Di saat malam aku harus merasakan kesepian
Di saat Hari raya aku harus merasakan kerinduan
Di saat Romadlon aku harus merasakan kekososngan
Tiada arti hidup ini
Terasa terbuang setiap detik waktu yang ku miliki
Apa arti semua ini
Jika aku hidup dalam keterpurukan hati
Setiap hari ku menanti kematian
Tapi setiap detik dan menit tak kunjung datang
Setiap hari ku menanti kebahagiaan
Tapi tangis, kekosongan, penderitaan yang selalu datang menghujam
Berartikah aku ini bagimu Tuhan??
Bagi manusia saja aku sudah tak berarti apa-apa
Apalagi Engkau Tuhan
Aku hanya ingin memanggilmu ayah
Kapan kita bisa berkumpul lagi?
Apakah besok atau nanti?
By: Tsalis
Ibu, kau merawat aku sejak kecil sampai besar
Ibu, kaulah yang melahirkanku
Ibu, aku senang sekali kalau mempunyai ibu
Ibu, kau buat aku bahagia sejak aku kecil
Ibu, kau wanita yang mulia
Ibu, kau membuat cita-citaku tercapai
Ibu, kau mempunyai jasa yang tinggi
Ibu, aku senang sekali
Awan halangi langit,
Dibawahnya diriku berteduh.
Angin ucapkan salam sang bulan sabit,
Sebelum malam menggeser sang matahari peluh.
Dihempas puing tiap lembar kata,
Satu bait menancap tajam ke dalam jiwa.
Diterjang oleh tiap-tiap puzzle huruf hijaiyah,
Ku gabungkan menjadi jaitan yang bisa dibaca.
Aku hanya ibarat kertas putih
Tanpa gores dan warna
Begitu polos tak bermakna
Kerasnya aku melawan kebodohan
Kau bimbing dengan senyum dan sabar
PP. Darul Hikmah 