Sepuluh hari terakhir bulan Romadlon “bersama” Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam

Standar

yeahSebagaimana sebuah cerita yang diharapkan happy ending, dalam rangkaian kupan, kita pun berharap happy ending. Kita berharap husnul khotimah. Mengakhiri hidup dalam keadaan yang baik. Begitu pula dalam bulan Romadlon ini. Kita tentu berharap dengan sangat bisa mengakhiri Romadlon dengan “husnul khotimah”. Hal ini selaras dengan sabda Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam yang disampaikan oleh Sahl bin Sa’ad radhiallahu anhu

انما الأعمال بالخواتم

Maksudnya : “Dan sungguh amalan itu ditentukan dengan penutupannya.” (HR. Al-Bukhari no. 6117)

Lalu bagaimana cara kita mengakhiri bulan Romadlon dengan baik..? Rasa-rasanya tidak ada orang yang lebih layak untuk kita teladani selain Pujaan kita Nabi Muhammad shollallohu alaihi wa sallam. Oleh karena itu, mari kita tengok dan kita teladani bagaimana sikap Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam pada 10 hari terakhir bulan Romadlon.

Diriwayatkan dari Ummul Mu`minin sayyidah ‘Aisyah radhiallahu anha, beliau berkata:

Maksudnya: “Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Romadlon), beliau mengencangkan sarung, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya “. (HR. Al-Bukhari no. 1884 dan Muslim no. 2008)

Jadi ketika memasuki 10 hari terakhir bulan Romadlon, Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam melakukan hal-hal sebagai berikut.

Pertama, beliau mengencangkan sarung. Hal ini berarti beliau menjauhi berhubungan dengan wanita (isteri beliau) karena memfokuskan diri untuk bermunajat kepada Alloh ta’ala. Ada juga yang mengartikan bahwa “mengencangkan sarung” berarti kiasan dari memperbanyak ibadah, fokus untuk menjalankannya, dan bersungguh-sungguh di dalamnya. Bagi kita hal ini bisa bermakna, selama sepuluh hari terakhir bulan Romadlon hendaknya kita menjahui dan meninggalkan segala macam kenikmatan dunia yang hanya sesaat, seperti nonton TV atau bioskop, berlama-berlama belanja di mall atau pasar, bergurau dengan dengan teman, mendengarkan musik, main game, dan lain sebagainya demi untuk bertaqorrub, mendekat, kepada Alloh ta’ala dengan berbagai macam ibadah. Eling, sebentar lagi “bazaar murah pahala, ampunan, dan ridlo” di bulan Romadlon ini akan segera tutup.

Kedua, beliau menghidupkan malam bulan Romadlon. Maksudnya beliau mengisi malam-malam 10 hari terakhir bulan Romadlon itu dengan memperbanyak ibadah seperti sholat, dzikr, tilawah al-Quran, I’tikaf, dan doa. Hal itu sekaligus bermakna beliau menjahui tidur untuk beribadah di malam hari.

Barang siapa menghendaki kemuliaan

Hendaknya tidak tidur semalaman

Bukankah tidur itu “sudaranya kematian”..?? Masak iya, kita kepingin seperti mati terus..? Eling, sebentar lagi “bazaar murah pahala, ampunan, dan ridlo” di bulan Romadlon ini akan segera tutup. Mari kita maksimalkan untuk beribadah. Mudah-mudahan Alloh ta’ala meridloi kita. Tidurnya dikurangi. Apalagi di sepuluh hari yang terakhir dari bulan Romadlon ini terdapat lailatul qodr, malam yang lebih baik dari pada seribu bulan (1000 bulan= 83,3 tahun). Jadi kalau kita melakukan ibadah di malam lailatul qodr ini, nilainya lebih baik dari pada ibadah 1000 bulan. Tuh, sangat eman (sayang) kan kalau sampai kelewatan.

ä’s#ø‹s9͑ô‰s)ø9$#׎öy{ô`ÏiBÉ#ø9r&9öky­ÇÌÈ

Maksudnya:  “lailatul qodr (malam yang mulia) itu lebih baik dari pada seribu bulan” [QS. Al-Qodr: 3]

I’tikaf di masjid: Ibadah yang istimewa.

Pada 10 hari yang terakhir dari bulan Romadlon, kita sangat dianjurkan untuk beri’tikaf. I’tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dengan tujuan beribadah dan bertaqorrub kepada Alloh ta’ala. I’tikaf ini adalah ibadah yang istimewa, lebih-lebih di 10 hari terakhir bulan Romadlon.

Dari ‘Aisyah rodliyallohu ‘anha bahwa:

كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ اْلأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

Maksudnya:  “Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Romadlon hingga beliau wafat, kemudian istri-istri beliau beri’tikaf sepeninggalnya” (HR. Bukhari).

Di tengah-tengah kehidupan yang seakan-akan memaksa kita untuk terus mengejar kebahagiaan dunia ini rasa-rasanya perlu bagi kita untuk mengasingkan diri sejenak untuk merenungkan kembali makna hakiki dalam kehidupan. Dari manakah sebenarnya kita berasal? Ke mana kita semua akan menuju? Apa sebenarnya yang musti kita perankan di dunia yang fana ini? Kita pun perlu bertafakkur, mawas diri, mengevaluasi diri, apa saja yang telah kita lakukan selama hidup kita sampai hari ini. Seberapa banyak waktu yang kita isi dengan ketaatan dan amal ibadah kepada Alloh ta’ala? Seberapa banyak waktu yang kita isi dengan kedurhakaan dan kema’shiatan kepada Alloh ta’ala? Seberapa banyak waktu yang kita isi dengan aktifitas yang sia-sia belaka?

Mungkin bisa seperti ini, malam hari kita tidur habis sholat tarawih. Bangun tidur jam 12.00 malam. Kemudian beribadah, I’tikaf di masjid, bermunajat kepada Alloh ta’ala hingga waktu sahur. Atau begini, kita tidak tidur di malam hari. Melek terus. Mulai sholat maghrib atau sholat isya’ kita I’tikaf di masjid, sholat sunnah, baca al-Quran, dzikr, bertafakkur, doa, memperdalam ilmu agama, begitu terus menerus bergantian agar tidak bosan hingga waktu sahur. Setelah itu sahur, sholat subuh. Tetap berada di masjid untuk I’tikaf, baca al-Quran, dzikr, dan doa hingga terbit matahari. Kemudian kita sholat Dhuha baru kemudian istirahat (tidur). Kalaupun tidak bisa setiap hari, kita hendaknya melaksanakan I’tikaf dan ibadah-ibadah lain tersebut pada malam-malam ganjil 10 hari terakhir bulan Romadlon. Kalau masih saja tidak bisa karena sesuatu yang sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan, misalnya ada kewajiban tertentu, maka hendaknya kita mengusahakan untuk melaksanakan I’tikaf dan ibadah-ibadah lain tersebut di salah satu malam dari 10 malam-malam terakhir bulan Romadlon. Ya, kita berusaha semaksimal mungkin dah…

قال الله تعالى: ﴿ فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ  ﴾

Maksudnya : “Maka bertakwalah kamu kepada Allah sesuai kemampuanmu” (QS. At Taghobun 16).

Ketiga, beliau membangunkan keluarganya. Hal ini berarti bahwa beliau juga membangunkan, mengajak, mendorong, dan memerintah keluarga beliau untuk mengisi malam-malam 10 hari terakhir bulan Romadlon dengan berbagai macam ibadah. Kalau mau masuk surga jangan sendirian..! Ajak serta keluarga, terutama istri/suami dan anak. Eling, sebentar lagi “bazaar murah pahala, ampunan, dan ridlo” di bulan Romadlon ini akan segera tutup. Kita tentu berharap bahwa kita bisa berkumpul dan bahagia bersama keluarga kita di dunia, lebih-lebih di akhirat sana. Jadi untuk urusan mendidik keluarga ini, kita musti menerapkan disiplin yang tinggi, ketegasan yang konsisten, dan mungkin sedikit “paksaan”. Entar kalau sudah terbiasa bangun malam untuk beribadah, insyaalloh qiyamullail itu akan menjadi sesuatu yang ringan.

Yang terakhir, selama bulan Romadlon, lebih-lebih pada 10 hari yang terakhir, kita dianjurkan untuk memperbanyak doa:

اللَّهُمَّإِنَّكَعَفُوٌّتُحِبُّالْعَفْوَفَاعْفُعَنِّى

(allohumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni)

“Ya Alloh.. sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf. Engkau menyukai maaf, maka maafkanlah aku” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Semoga Alloh ta’ala senantiasa memberikan taufiq-Nya kepada kita semua sehingga kita mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadah kita selama bulan Romadlon ini. Semoga kita mampu memenuhi 10 hari yang terakhir dari bulan Romadlon dengan I’tikaf, sholat, tilawah al-Quran, dzikr, tafakkur, doa, dan ibadah-ibadah yang lain. Semoga bulan Romadlon ini benar-benar menjadi kawah condro dimuko bagi kita untuk bertransformasi menjadi hamba-hamba Alloh ta’ala yang bertaqwa, dan semakin meningkat level taqwanya. Amin.[tije/alumni pbsb unair]

 

 

2 pemikiran pada “Sepuluh hari terakhir bulan Romadlon “bersama” Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam

  1. amin-amin ya Robbal ‘almin, jangan lupa juga perbanyak sodakoh. Sungguh sebagai rasa syukur kita kepada Allah SWT. Di tahun ini kita masih ketemu Romadhon yang penuh maghfiroh dan barokah Allah SWT.

    Suka

Tinggalkan komentar